Tentang Pacitan, Kota Paling Selatan Di Jawa Timur


Selasa, 16 Agustus 2016

Data BPBD Total 104 Rumah Terdampak Bencana

| Selasa, 16 Agustus 2016
Wartapacitan.com | PACITAN – Dampak bencana banjir dan longsor di sejumlah kecamatan terbilang serius. Laporan yang masuk ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan ada 104 rumah warga di tujuh kecamatan rusak. Selain itu, 15 infrastruktur seperti jalan dan tanggul juga dilaporkan rusak akibat tertimbun material longsor dan diterjang derasnya banjir.

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan Pujono mengatakan, jumlah kerusakan rumah warga paling banyak terdapat di Kecamatan Tulakan. Jumlahnya mencapai 59 unit. Kemudian, di Kecamatan Pacitan ada sekitar 11 rumah warga rusak dan Kecamatan Ngadirojo ada sebanyak 10 rumah porak-poranda. Sedangkan sisanya tersebardi empat kecamatan yang lain. 

Sementara, infratruktur yang rusak berada di Kecamatan Ngadirojo ada 6 titik. Selanjutnya, di Kecamatan Pacitan ada empat titik yang masing-masing tersebar di Desa Bolosingo 3 titik dan Desa Tambakrejo satu titik. Sedangkan, di Kecamatan Arjosari dilaporkan, tanggul jebol akibat diterjang derasnya aliran Sungai Grindulu yang meluap. Perinciannya, satu titik di Desa Gunungsari, dan dua titik di Desa Sedayu. Lalu ada juga infrastruktur jalan di Desa Gondosari dan Ploso, Kecamatan Punung juga rusak.

Baca Juga :

Hingga sampai saat ini, pihaknya masih belum berani memastikan berapa besaran kerugian yang ditimbulkan akibat bencana tanah longsor dan banjir tersebut. Karena dimungkinkan jumlah kerusakan rumah maupun sarana infrastruktur masih bisa bertambah. 

"Jumlah total kerugian masih dihitung. Karena kemungkinan ada kerusakan yang belum masuk laporan," kata Pujono seperti dilansir dari radarmadiun.co.id.

Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Tri Mudjiharto mengungkapkan, rentetan bencana alam di wilayah Pacitan disebabkan fenomena La Nina di kawasan Samudera Hindia. Di mana kondisi suhu air laut cepat menghangat sehingga menyebabkan terjadinya hujan secara tidak menentu. 

"Fenomena ini akan terus terjadi mulai Juli sampai Oktober mendatang," terangnya.

Diakuinya, anomali cuaca akan terjadi dalam rentang Agustus-Oktober yang seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Namun, pada kenyataannya beberapa hari terakhir justru turun hujan dengan intensitas tinggi. (her/yup/rwp001)

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar