Tentang Pacitan, Kota Paling Selatan Di Jawa Timur


Tampilkan postingan dengan label wisata-budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wisata-budaya. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 Juli 2016

Upacara Ceprotan Wisata Budaya Dari Pacitan

Upacara Ceprotan Wisata Budaya Dari Pacitan

Wartapacitan.com | WISATA - Upacara Ceprotan, adalah upacara ritual khas masyarakat Pacitan, khususnya masyarakat Desa Sekar Kecamatan Donorojo yang selalu dilaksanakan tiap tahun pada bulan Dzulqaidah (Longkang), pada hari Senin Kliwon.

Upacara adat ceprotan yang digelar warga Desa Sekar, Kecamatan Donorojo menjadi event budaya tahunan yang disupport oleh Pemkab Pacitan. Ritual tahunan tersebut merupakan wujud rasa syukur warga atas hasil kekayaan bumi yang diberikan oleh sang pencipta. Selain itu, juga untuk menyingkirkan marabahaya dari seluruh pelosok penjuru desa. Ceprotan dilakukan setiap Senin Kliwon pada bulan Longkang atau Selo menurut kalender Jawa.

Prosesi yang digelar di lapangan Dewi Sekartaji, Desa Sekar menarik perhatian warga setempat. Mereka berkumpul sejak sore hari untuk menyaksikan rangkaian atraksi menarik. Upacara adat diawali dengan tarian surup atau terbenamnya matahari yang kemudian dilanjutkan dengan pemabcaan doa oleh juru kunci setempat. Serta, peragaan kepala desa yang mempresentasikan diri sebagai perwujudan Ki Godeg. Sedangkan istrinya sebagai Dewi Sekartaji.

Kemudian, warga akan menyaksikan dua kelompok pria berbaju hitam-hitam yang sudah berjajar rapi di dua sudut lapangan berbeda. Mereka dalam posisi siaga seolah siap menyerang. Sebuah teriakan nyaring menjadi pertanda dimulainya serangan. Tapi mereka bukan saling menyerang tetapi melemparkan ratusan bluluk atau kelapa muda yang sebelumnya telah dikuliti dan direndam selama beberapa hari hingga menjadi lunak.
Upacara Ceprotan di Sekar, Donorojo
Bluluk yang diletakkan di sebuah keranjang kayu itu kemudian dilemparkan oleh kedua kelompok tersebut ke arah ingkung (ayam panggang utuh) atau gubuk sesajen yang tepat berada di tengah lapangan. Hal itu terus dilakukan hingga bluluk yang mereka gunakan sebagai amunisi habis.

Banyak falsafah dibalik prosesi ceprotan tersebut. Yakni, untuk mencapai tujuan hidup semua orang harus mau berusaha. Dan saling tolong menolong sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Sementara, doa yang merupakan pengharapan pada sang pencipta agar harapan dan cita-cita tercapai. Sedangkan, ingkung melambangkan hasil dari usaha yang dicapai mencontohkan bahwa setiap usaha pasti ada hasilnya.

Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, ceprotan juga bisa menjadi jujukan wisata budaya. Juga kesempatan bagi warga menampilkan kesenian khas di desanya. Seperti kothekan lesung yang ditampilkan ibu-ibu PKK Kecamatan Donorojo.